Universitas Merdeka (UNMER) Malang mengadakan perkuliahan tamu, Praktisi Mengajar dengan para peserta yang merupakan mahasiswa pilihan (20/07/2023). Bertema Pengembangan Ekosistem Digital dan Green Archipreneurship menuju Outcome-Based Education (OBE), kegiatan Praktisi Mengajar merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hibah PMM MBKM.
Ketua Program Studi Arsitektur, Dr. Ir. Erna Winansih, MT., menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih dalam tentang potensi arsitektur hijau dan kota berkelanjutan dalam membentuk destinasi pariwisata yang berwawasan lingkungan. “Harapannya kegiatan ini akan lancar bermanfaat terutama untuk mahasiswa peserta SPA 5 dan SPA 6. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memicu semangat dan kesadaran kolektif dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab di sektor arsitektur dan pariwisata,” kata Dr. Erna.
Praktisi yang datang adalah Rio S. Migang, seorang alumni UNMER Malang Arsitektur angkatan 1997 dan juga Pendiri serta Penggagas dari Studio Eco-Plan Australia yang sebelumnya Jakarta Arsimedik Studio, yaitu Studio bebasis Arsitektur dan Pariwisata. Selama ini Rio berperan aktif dalam mendorong kesadaran akan perlunya pengembangan arsitektur hijau dan kota berkelanjutan di Indonesia, yang memiliki potensi untuk mempengaruhi sektor pariwisata dan keberlanjutan lingkungan.
Rio membawakan materi tentang Catatan Perjalanan Lestari di Australia, Singapura, Amerika; Arsitektur Hijau, Kota Berkelanjutan & Destinasi Pariwisata yang merupakan pengalamannya selama tinggal 5 tahun di Australia, 4 tahun di Singapura, dan tahun 2023 akan berangkat dan menetap di Amerika dalam mengembangkan Arsitektur, Pariwisata, dan Ekowisata. Dalam pidatonya, Rio S. Migang menyoroti pentingnya peran arsitek dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, terutama dalam era ketidakstabilan iklim dan tantangan lingkungan saat ini.
“Arsitek perlu mensinergikan arsitektur dan alam karena tantangan yang dialami saat ini sangat komleks seperti global warming, kerusakan ligkungan di wilayah perkotaan dan desa, permasalahan pembangunan berkelanjutan, dan isu lokal seperti safety, identity, material efficiency, housng vs land, political landscape hingga new technology,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Rio juga menjelaskan tentang Konsep green building sebagai sebuah konsep bangunan yang dalam desain, konstruksi, dan operasinya bisa mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dengan memperhatikan penataan lahan, konservasi air dan efisiensi energi, teknologi, material, kenyamanan dan kesehatan ruang, serta manajemen gedung. Untuk memudahkan pemahaman peserta, Rio juga menunjukan contoh-contoh arsitektur hijau yang juga memiliki daya tarik sebagai destinasi pariwisata.
“Arsitektur Hijau, Kota Berkelanjutan, dan Destinasi Pariwisata dimulai dari cinta alam dan cinta kasih pada sesama. Diwujudkan melalui sinergi antara arsitektur hijau dan alam; Taman kota dan ruang terbuka hijau; Kota bersih; Aksesibel dan Aman; Merawat bangunan sejarah, budaya, perbanyak museum dan perpustakaan; Penghormatann individu di ruang pubik melalui budaya dan hukum; dan sistem layanan publik yang profesional, efisien, transparan, dan anti korupsi,” ungkapnya. Acara tersebut berjalan dengan sukses, dan diharapkan apa yang telah dibahas dan dipelajari dalam kegiatan ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan berkelanjutan dan masa depan pariwisata yang ramah lingkungan di Indonesia.