Malang, 21 November 2024 – Program Studi Arsitektur Universitas Merdeka Malang menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Digitalisasi Pola RTH pada Kota Kolonial di Indonesia: Sintaksis Ruang pada Kawasan CBD dan Hunian di Kota Malang dan Bandung”. Acara ini dipimpin oleh Ketua Tim Peneliti, Pindo Tutuko, ST., MT., Ph.D., dengan anggota tim Nurul Aini, ST., MT., Ph.D., Adisti Safrilia, ST., Ars., M.Ars., dan Aditya Galih Sulaksono, S.Kom., M.Kom. FGD ini juga mengundang Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, Soni Bachtiar, S.E., M.M. sebagai narasumber utama untuk memberikan perspektif praktis terkait implementasi dan kebijakan RTH.
FGD ini diadakan dengan tujuan untuk membahas pemetaan dan analisis sintaksis ruang pada ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan pusat bisnis (CBD) dan area hunian di kota-kota bersejarah seperti Malang dan Bandung. Topik ini menjadi penting dalam upaya memahami peran RTH sebagai elemen penunjang kualitas lingkungan perkotaan, khususnya dalam konteks kota kolonial yang memiliki karakteristik tata ruang unik.
Dalam sambutannya, Pindo Tutuko, ST., MT., Ph.D., menjelaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari Hibah Penelitian Fundamental – Reguler dan Penelitian Kompetitif Nasional, yang berfokus pada upaya digitalisasi tata ruang berbasis teknologi untuk menganalisis pola distribusi RTH secara lebih akurat. “Melalui pendekatan sintaksis ruang, kami berharap dapat menghasilkan data yang dapat diintegrasikan dalam sistem informasi geografis untuk mendukung perencanaan kota yang lebih berkelanjutan,” ujar Pindo.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, dalam paparannya, menyampaikan apresiasi terhadap langkah akademisi dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan RTH di Kota Malang. Beliau menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan ekosistem perkotaan. “Kami sangat terbuka untuk kolaborasi lebih lanjut, terutama dalam implementasi hasil penelitian ini untuk mendukung kebijakan tata ruang kota yang lebih baik,” ungkapnya.
Diskusi dalam FGD ini mencakup berbagai topik, seperti:
- Analisis sintaksis ruang untuk memahami pola keterhubungan RTH di kawasan CBD dan hunian.
- Peran teknologi digital dalam memetakan potensi dan kekurangan RTH di kota kolonial.
- Studi kasus perbandingan antara Kota Malang dan Bandung dalam pengelolaan RTH.
Pindo Tutuko juga menambahkan bahwa aspek arsitektur dan sejarah kota juga memainkan peran penting dalam penelitian ini. “Kami berusaha mengintegrasikan elemen sejarah kota kolonial ke dalam analisis RTH, sehingga solusi yang dihasilkan tidak hanya relevan secara ekologis tetapi juga sesuai dengan identitas kota,” jelas Pindo.
Aditya Galih Sulaksono, S.Kom., M.Kom., menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi seperti sistem informasi geografis (GIS) menjadi salah satu inovasi yang diterapkan dalam penelitian ini. “Teknologi memungkinkan kami untuk menghasilkan visualisasi data RTH yang lebih detail dan mendukung pengambilan keputusan berbasis data,” katanya.
Acara ini ditutup dengan sesi diskusi interaktif yang melibatkan peserta dari kalangan akademisi, pemerintah, dan praktisi. Semua pihak sepakat bahwa digitalisasi pola RTH dapat menjadi solusi strategis dalam meningkatkan kualitas tata ruang kota, khususnya di kota-kota kolonial seperti Malang dan Bandung.
Melalui FGD ini, Universitas Merdeka Malang kembali menunjukkan komitmennya dalam kontribusi nyata untuk pengembangan perkotaan berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perencanaan tata ruang kota, sekaligus membuka peluang kolaborasi lintas sektor di masa depan.